Tidak Ada Bayi Tergencet, Akuarium pun Jadi

Tidak Ada Bayi Tergencet, Akuarium pun Jadi
Tidak Ada Bayi Tergencet, Akuarium pun Jadi
Tentu saya sudah membacanya. Dan meski saya pun tahu bahwa Jonan pasti sudah pula membacanya, tetap saja saya e-mail-kan juga kepadanya. Beberapa hari kemudian, Kompas kembali mengapresiasi kerja keras itu. Sosok Jonan, ahli keuangan lulusan Harvard, USA, itu, ditampilkan nyaris setengah halaman.

 

Di hari yang sama, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi menulis artikel panjang di Suara Pembaruan: juga memuji perbaikan layanan KAI belakangan ini.

 

Membenahi kereta api, saya tahu, bukan perkara yang mudah. Jonan sendiri sebenarnya "kurang waras". Betapa enak dia jadi eksekutif bank Amerika, Citi, dengan ruang AC dan fasilitas yang menggiurkan. Di BUMN, awalnya dia memimpin BUMN jasa keuan gan PT Bahana. Kini dia pilih berpanas-panas naik KA dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Dekat dan jauh. Besar dan kecil. Dia benahi satu per satu. Mulai layanan, kebersihan, hingga perkara-perkara teknis.

 

Padahal, membenahi kereta api itu musuhnya banyak dan lengkap: luar, dalam, atas, bawah, kiri, kanan, muka, belakang. Bahkan, kanan luar dan kiri luar. Kanan dalam dan kiri dalam. Bisa saja terjadi, gawangnya jebol bukan karena hebatnya serangan bola dari musuh, tapi karena barisan belakang kereta apinya yang bikin gol sendiri.

 

HARI itu wartawan foto berbondong ke Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Semua wartawan (he he he, saya pun dulu begitu) sudah hafal ini: Stasiun Senen

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News