Tidak Ada Kepastian Kapan Perbatasan Australia Akan Dibuka Kembali, Apalagi Vaksinasi Tidak Sesuai Target

Perbatasan Australia bagi selain warga negara dan penduduk tetap (PR) telah ditutup sejak Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.
Lebih dari 36 ribu warga Australia pun masih berada di luar negeri karena terbatasnya kapasitas tempat karantina di Australia.
Sementara mereka yang berada di Australia tidak bisa ke luar negeri, kecuali jika memang visa mereka habis, atau sudah mendapat izin keluar, atau pergi ke Selandia Baru.
Dalam konferensi pers yang digelar Selasa kemarin (13/04), Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt memberikan sinyal jika perbatasan internasional di Australia kemungkinan tetap ditutup, bahkan jika semua populasi di Australia sudah mendapat vaksinasi.
"Jika satu negara sudah divaksinasi, kita tidak bisa membuka perbatasan begitu saja," ujar Menteri Greg di Canberra.
"Kita tetap harus melihat serangkaian faktor lainnya, seperti penularan, seberapa lama vaksin bisa melindungi, dan dampak global, faktor-faktor inilah yang sedang dipelajari dunia," jelasnya.
Dalam paparannya, Menteri Greg juga mengatakan setelah perbatasan Australia dibuka dengan Selandia Baru, maka selanjutnya adalah dengan melihat negara-negara di Pasifik atau kawasan lainnya yang memiliki tingkat penularan rendah.
Baru akan dibuka tahun 2024?
Sementara itu, maskapai penerbangan Qantas mengatakan hingga saat ini belum membuat perubahan jadwal penerbangan internasional.
Kapan perbatasan Australia akan dibuka lagi? Tahun 2023 atau 2024? Jangan terlalu berharap karena ada sejumlah alasan yang dipertimbangan oleh Pemerintah Australia
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia