Tidak Ada Seribu Jalan ke Wamena
Rabu, 24 November 2010 – 04:24 WIB
Total kebutuhan listrik di Wamena kini sudah mencapai 3,5 MW. Padahal masih ada 800 rumah lagi yang masih menunggu giliran mendapatkan listrik. Kota itu juga masih redup karena baru ada 30 titik lampu penerangan jalan. Ke depan, seluruh kota Wamena yang konon amat indah itu harus terang-benderang. Dengan terang-benderang segala hal yang negatif juga akan bisa jauh berkurang.
Bagaimana agar ide membangun pembangkit listrik tenaga air itu bisa dilaksanakan segera? Cara inilah yang selama perjalanan di Papua, saya dan pimpinan wilayah PLN Papua Pak Ferdinand Siahaan terus membicarakannya. Kami juga mengundang pimpinan PLN Wamena untuk bertemu di Jayapura. Di akhir perjalanan darat selama tiga jam dari Jayapura ke Oriya kesimpulan sudah bisa diambil.
Akhir November 2010 ini PLN mengirim tim desain konstruksi ke Wamena. Tim ini akan dipimpin PLN Engineering. Tugasnya melakukan survei dan membuat desain engineering. Dalam waktu sebulan, tim sudah harus pulang dengan desain yang pasti. Yakni di mana bisa dibangun pembangkit listrik tenaga air, berapa besar ukurannya, dan berapa biayanya. Tim yang bertugas ke Wamena ini harus menemukan sumber listrik dari air minimal 5 MW. Kalau masing-masing unit berkekuatan 0,5 MW, berarti tim harus menemukan beberapa lokasi sekaligus.
Pimpinan PLN Wamena kebagian tugas mengurus lokasi itu ke Pemda. Sebagai orang yang sudah lima tahun bertugas di Wamena, Darmono dianggap mampu meyakinkan Pemda setempat akan pentingnya membangun pembangkit listrik tenaga air dengan cepat. Soal meyakinkan Pemda ini kelihatannya gampang, tapi bisa juga menjadi rumit. Di Papua yang luas ini sejengkal tanah bisa bisa-bisa menjadi hambatan yang utama.
DI ANTARA yang mahal-mahal itu, di manakah produksi listrik paling mahal se-Indonesia" Tanpa survei mengatakan: Wamena. Yakni ibu kota Kabupaten
BERITA TERKAIT