Tidak Ada Tanda Kontes, Hanya Ada Tumpukan Kardus
Senin, 07 November 2011 – 08:47 WIB
"Kegiatan seperti N7W itu biasa saja dilakukan di Swiss. Misalnya pemerintah mau membayar hingga USD 45 juta, mungkin acaranya juga jadi digelar di Indonesia," kata Djoko.
"Cuma ini menjadi tidak bagus karena melibatkan emosi masyarakat Indonesia yang harus berkirim SMS. Padahal, ini kontes-kontesan yang dilakukan yayasan biasa saja, yang tidak kredibel. Dan, tidak ada hubungannya dengan UNESCO, lembaga resmi PBB di bidang heritage. Ya, mungkin seperti LSM-LSM yang tidak kredibel itulah. Yang kerjanya cuma membuat dan mencari proyek," sambungnya. (*/iro)
Yayasan The New Seven Wonders of the World (tujuh keajaiban dunia, N7W) menuai kontroversi karena alamat kantornya di Swiss, Eropa, dianggap fiktif.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Belasan Ketum Kadin Daerah Gugat Pelaksanaan Munaslub 2024
- Menag Dikirimi Sejumlah Barang Berharga oleh Orang Misterius
- Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang: Keterangan Siapa yang Benar?
- Usut Kasus Investasi Fiktif, KPK Panggil Petinggi PT. Insight Investmen Management dan PT Taspen
- Wayan Sudirta Soroti Sejumlah Persoalan di Institusi Polri Termasuk Kasus Penembakan Anggota Paskibraka di Semarang
- Aktif Dorong Reformasi Keuangan, Misbakhun Raih Penghargaan