Tidak Kesepian Sampai Kesepian
Sabtu, 24 Oktober 2009 – 17:27 WIB
AKHIRNYA Yudhoyono tidak kesepian. Kabinet koalisi beberapa partai politik yang dipimpinnya hanya sekitar 60-70% menguasai parlemen. Setidaknya, masih ada hampir 30% yang bisa bersuara lain. Ada Gerindra, Hanura dan PDIP yang pada last day sebelum pengumuman kabinet ternyata urung merapat ke tubuh kekuasaan. Rakyat pun bersuka-cita karena tidak akan mendengar suara koor pertanda setuju belaka di DPR. Tidak seperti ketika Golkar berkuasa di masa Orde Baru. Kala itu, jalannya pemerintahan dari luar tampak stabil. Padahal sesungguhnya semu, karena siapa yang berbicara “lain” bisa berakibat buruk. Kita masih ingat kematian hak-hak perdata yang menimpa anggota Petisi 50 yang kritis kepada Soeharto. Bahkan ketua PPP dan PDI bisa jatuh bangun, tergantung siapa yang mau nunut kepada rezim, karena jika tidak akan disingkirkan seperti nasib yang dialami oleh John Naro dan Megawati.
Tidak masuknya ketiga partai itu ke dalam kabinet, saya kira bukan kegagalan Yudhoyono. Tetapi keberhasilan, terlepas apakah disadari atau tidak, dikehendaki atau pun sebaliknya – karena sangat tergantung dari angle mana memandangnya.
Baca Juga:
Bayangkan jika semua parpol masuk ke kabinet, apa jadinya? Sejarah sudah pernah menjawabnya, yakni masa Orde Baru, meskipun kala itu direkayasa melalui Undang-Undang sehingga menjadi legal secara politik. Misalnya, tentang adanya anggota angkatan dari militer yang duduk di DPR. Bahkan, pegawai negeri wajib masuk Korpri yang berorientasi ke Golkar.
Baca Juga: