Tidak Kesepian Sampai Kesepian

Tidak Kesepian Sampai Kesepian
Tidak Kesepian Sampai Kesepian
Kala itu, bahkan bahasa politik dan birokrasi kita sangat santun. Misalnya, kasus busung lapar berubah menjadi kasus kurang makan. Kenaikan harga menjadi penyesuaian harga. Bahkan ada istilah prasejahtera untuk istilah kemiskinan.

Untunglah, PDIP, Hanura dan Gerindra tidak tergoda merapat ke kabinet. Tapi berada di luar pemerintahan. Jika ketiga parpol itupun ikut bergabung, saya khawatir Yudhoyono tidak dapat mengetahui apa yang sesungguhnya yang terjadi di akar rumput masyarakat. Jika ini terjadi akan berbahaya sekali. Apalagi semua parpol yang terwakili di DPR akan sungkan menyanggah, misalnya, angka kemiskinan dan pengangguran, seperti perdebatan masa 2004-2009 silam.

Untung pulalah kebebasan pers pun sudah dijamin oleh UU Pers, meskipun dibayang-bayangi oleh RUU Rahasia Negara, yang kita harapkan jika pun disahkan kelak oleh DPR tetapi pasal yang mengancam kebebasan pers haruslah dicabut.

Masalah krusial bangsa ke depan masih banyak. Di bidang ekonomi, apa kabar dengan kedaulatan industri domestik kita yang loyo bersaing dengan barang impor. Kakao saja kita ekspor ke Malaysia dan dikirim lagi ke Indonesia berupa barang jadi. Apakah kita terus menunggu harga CPO membaik agar ekspornya menuai devisa dan tak berikhtiar keras mendirikan industri turunannya dalam negeri?

AKHIRNYA Yudhoyono tidak kesepian. Kabinet koalisi beberapa partai politik yang dipimpinnya hanya sekitar 60-70% menguasai parlemen. Setidaknya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News