Tidak Peduli meski Ditentang Godfather Psikiatri

Dalam menangani pasien, ibu enam anak tersebut tidak segan turun langsung ke lapangan. Bersama putra bungsunya, Cokorda Bagus Jaya Lesmana yang juga psikiater, Suryani mendatangi rumah-rumah pasien yang letaknya cukup jauh dari perkotaan, dengan kondisi jalan yang berbatu, tidak beraspal, serta berbukit. Tidak jarang, dia harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke rumah pasien.
’’Kebanyakan pasien itu tinggal di daerah-daerah terpencil. Karena konsep saya tidak hospital based, saya jemput bola dengan mendatangi pasien-pasien itu. Sekalipun jauh, jalannya sulit, saya harus ke sana. Memang, kadang ngeri karena kiri-kanan jurang,’’ ungkapnya.
Metode penanganan pasien gangguan jiwa yang digunakan Suryani sedikit berbeda dengan metode-metode ilmu psikiatri umumnya. Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu menciptakan metode sendiri. Yakni, menggabungkan Western concept dengan Eastern concept. Suryani menyebutkan, konsep pendekatan itu adalah kosep pendekatan biopsikospirit sosiobudaya.
’’Penanganan yang kami lakukan di masyarakat merupakan perpaduan konsep Timur yang berorientasi pada asas kekeluargaan, kemasyarakatan, dan kepercayaan dengan agama yang dianut dipadu dengan konsep spiritual dan konsep Barat. Jadi, tidak mengubah kebiasaan dan kenyamanan pasien,’’ paparnya.
Namun, konsep Suryani tersebut ditentang keras oleh godfather psikiatri Indonesia, Prof Kusumanto Setyonogoro, yang menggagas pendekatan ekliktik holistis yang banyak diikuti psikiater di Indonesia. Prof Kusumanto bahkan menyebut Suryani bukan seorang psikiater atau ilmuwan karena memadukan Eastern concept yang identik dengan hal-hal yang berbau religius bahkan mistis. Meski mendapat tentangan seperti itu, nenek 17 cucu tersebut tidak gentar.
’’Saya menolak pernyataan Prof Kusumanto tersebut dan menegaskan bahwa saya adalah psikiater dan ilmuwan murni. Pasien saya adalah masyarakat Bali yang telah menerima konsep ini, bukan para psikiater itu,’’ tegasnya.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu pun membuktikan bahwa konsep karyanya mampu menyembuhkan para pasien gangguan jiwa berat. Di antaranya, para pasien yang sudah mengalami pemasungan selama bertahun-tahun. Ada tiga proses penyembuhan yang dilakukan Suryani. Pertama, pemberian obat yang terjangkau bagi pasien seperti obat generik. Dia kadang juga memberikan injeksi kepada pasien, khususnya pasien gangguan jiwa berat.
Kedua, metode penyembuhan pasien yang didukung proses meditasi relaksasi spirit. Ketiga, setelah sembuh, pasien dan keluarganya diharapkan melakukan semacam upacara adat yang disebut upacara penglukatan untuk membebaskan pasien dari unsur luar yang mengganggu jiwa. Perpaduan unsur ilmiah disertai unsur-unsur nonilmiah itulah yang kemudian menjadi kontroversi di kalangan psikiater.
SEBENARNYA Prof Luh Ketut Suryani sudah lama berkiprah dalam upaya mengentas para penderita gangguan jiwa di Bali. Memang, saat itu aksinya belum
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu