Tiga Alasan Menolak PPN Sembako Versi Fadli Zon, Ada Kata Amoral
jpnn.com, JAKARTA - Politikus Gerindra Fadli Zon membeberkan tiga alasan menolak rencana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap sembako dan pendidikan seperti tertuang di dalam Pasal 4A draf Revisi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.
Alasan pertama berkaitan struktural. Fadli menjelaskan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 57,66 persen ditopang konsumsi rumah tangga.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2020 menyatakan konsumsi rumah tangga d tanah air mengalami kontraksi hingga 2,63 persen.
Akibatnya, ujar Fadli, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 persen, yang menjadi capaian terburuk sejak krisis 1998.
"Jika rencana pengenaan PPN terhadap kebutuhan pokok ini diteruskan, dampaknya tentu saja akan kian memukul daya beli masyarakat. Kenaikan harga pangan biasanya akan mengorbankan belanja lainnya, terutama belanja pendidikan dan kesehatan," tulis Fadli di Twitter akun @fadlizon, Selasa (15/6).
Selanjutnya, ujar legislator Komisi I DPR itu berkaitan dengan alasan moral sehingga perlu menolak PPN terhadap sembako dan pendidikan.
Sebab, kata dia, pemerintah di satu sisi berencana memajaki kebutuhan pokok rakyat. Namun, pada saat yang sama pemerintah justru menggratiskan pajak bagi pembelian kendaraan roda empat.
"Ini logika kebijakan yang amoral," bebernya.
Politikus Gerindra Fadli Zon membeberkan tiga alasan menolak rencana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap sembako dan pendidikan seperti tertuang di dalam Pasal 4A draf Revisi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.
- Menbud Fadli Zon Dorong Kolaborasi Agar Budaya Indonesia Mendunia
- KPK Incar Aset Anwar Sadad yang Dibeli Pakai Duit Kasus Korupsi Dana Hibah
- Luthfi Sudah Jadi Anak Buah Prabowo, Sudaryono Ajak Warga Menangkan di Pilgub Jateng
- Deklarasikan Era Baru Partai Gerindra di Sragen, Sudaryono: Bersiaplah Jadi Pemenang!
- Di Hadapan Ribuan Penonton Wayang, Sudaryono Ajak Klaten Menangkan Luthfi-Taj Yasin
- Anak Buah Prabowo di Gerindra Bilang Penetapan Tersangka Tom Lembong Terburu-buru