Tiga Bulan Bisa Keliling Eropa tanpa Biaya
"Pokoknya, acara itu asyik. Kami mendapat sambutan meriah peserta dari berbagai negara," ujarnya.
Setelah cerita Eko, Ilia ganti menerangkan definisi bahasa Esperanto. Menurut pemahaman dia, bahasa "asing" itu awalnya berasal dari Kota Bia'‚ystok, Polandia. Masyarakat di sana memiliki banyak bahasa dan etnis yang berbeda.
Bukannya menjadi sebuah keberagaman, perbedaan itu sering menimbulkan konflik antaretnis. Prihatin dengan kondisi tersebut, dokter mata L.L. Zamenhoff tergerak untuk menciptakan bahasa pergaulan tanpa membedakan etnis yang satu dengan yang lain.
"Intinya, Zamenhoff ingin menciptakan bahasa yang mudah dipelajari dan diterima semua etnis. Tidak seperti bahasa Inggris yang berubah sesuai tenses atau Jerman yang berubah sesuai gender," papar Ilia.
Singkat cerita, Zamenhoff akhirnya berhasil menyusun buku berjudul Unua Libro (Buku Pertama) tentang dasar-dasar bahasa pergaulan itu. Supaya diterima semua pihak, dia menggunakan nama pena Esperanto.
"Dalam bahasa itu, Esperanto berarti orang yang berharap. Nama pena itulah yang akhirnya menjadi nama bahasa temuan Zamenhoff," jelasnya.
Bahasa Esperanto dirancang sesederhana mungkin. Misalnya, alfabetnya memiliki 23 huruf mati dan 5 huruf hidup. Sebagian besar sesuai dengan suara sebenarnya. Cara membedakan katanya pun dirancang tidak macam-macam. Untuk membedakan jenis kelamin, tinggal diubah jadi "ino".
"Misalnya, kalau bapak patro, maka ibu jadi patrino. Anjing jantan hundo, kalau betina ya hundino," jelas Ilia.
BAHASA adalah identitas bangsa. Namun, lain cerita dengan bahasa Esperanto, bahasa internasional tanpa embel-embel negara. Bahasa yang sempat dianggap
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala