Tiga Bulan Bisa Keliling Eropa tanpa Biaya
"Mereka bisanya bahasa Prancis yang saya tidak bisa. Tapi, saya beruntung karena di sana komunitas Esperantonya cukup besar. Kota Ho Chi Minh sendiri adalah esperantist. Akhirnya, saya bisa jalan-jalan dengan leluasa bersama teman sesama pengguna bahasa Esperanto," tuturnya.
Tidak hanya itu, Ilia pun sempat keliling Eropa sepuasnya. Itu terjadi saat dia menghadiri konferensi Esperanto di Kopenhagen, Belanda. Di sana, dia ditawari untuk berkeliling benua biru selama tiga bulan. Perempuan kelahiran Jakarta tersebut sampai merelakan jabatan manajer di tempatnya bekerja demi petualangannya di 12 negara Eropa itu.
"Orang tua saya marah besar. Tapi, saya tetap jalan karena keliling Eropa itu impian saya sejak dulu," bebernya.
Apalagi perjalanannya tersebut dibiayai seorang esperantist di Belanda. Ilia hanya mengeluarkan Rp 10 juta."Tapi, saya benar-benar jadi backpacker. Tidur di rumah penduduk sehingga murah bayarnya. Dan itu jelas lebih menarik," tegasnya.
Setelah pasang surut cukup lama, akhirnya Ilia berhasil menyatukan komunitas-komunitas Esperanto yang semula berpencar di daerah-daerah menjadi asosiasi dengan nama Indonezia Esperanto-Asocio atau Asosiasi Esperanto Indonesia. Asosiasi itu didirikan pada 7 April 2013.
"Memang, kami belum memiliki data resmi anggota. Tapi, dari grup Facebook kami, sudah lebih dari seribu orang yang tahu bahasa Esperanto di Indonesia," ujarnya.
Setali tiga uang dengan Ilia, cerita Eko tidak jauh berbeda. Mahasiswa Manajemen Informatika Universitas Gunadharma, Jakarta, itu mengaku menemukan bahasa Esperanto dari kursus pada 2011. Setelah itu, dia berusaha mencari tempat untuk belajar Esperanto dan akhirnya bertemu Ilia.
"Bahasanya sebenarnya gampang. Terus, saya bisa ke luar negeri berkat bahasa ini. Misalnya, ketika ke Australia untuk konferensi Esperanto kemarin, saya dibiayai UEA (Universala Esperanto-Asocio, Red)," ujarnya.
BAHASA adalah identitas bangsa. Namun, lain cerita dengan bahasa Esperanto, bahasa internasional tanpa embel-embel negara. Bahasa yang sempat dianggap
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala