Tiga Bulan tak Digaji, HP Disita

Tiga Bulan tak Digaji, HP Disita
Tiga Bulan tak Digaji, HP Disita

Anak kedua dari 4 bersaudara ini menyebutkan, bahwa majikannya itu memiliki istri bernama Hariati Ongko. Dari perkawinannya, sang majikan memiliki dua orang anak. Paling besar perempuan kelas II SMP dan laki-laki kelas I SD.

Mengenai kematian adik sepupunya (Marnibou), Ierni mengatakan bahwa dia meninggal memang karena sakit. Akan tetapi, sakitnya itu karena terlalu capek bekerja. "Kek manalah gak sakit, kalau bekerja terus-menerus. Kalau sudah parah baru disuruh berobat," tuturnya.

Sementara itu Atri (17) yang juga pekerja di tempat yang sama mengatakan juga menuturkan seperti apa yang diungkapkan oleh Ierni tadi. "Sudah gaji tak sesuai perjanjian, mau pulang kampung pun sulit. Parahnya, hp kami pun sering juga ditahan, bahkan ada yang sampai sekarang tak dikembalikan," ungkap perempuan yang lulus SMP ini kepada Sumut Pos di lantai II gedung Sat Reskrim Polresta Medan.

Anak ke-4 dari 4 bersaudara ini menyebutkan, ada sekitar 22 orang yang sempat bekerja di sana. "Sekarang tinggal 16 orang. Dua di antaranya sakit karena kakinya bengkak (Yeni dan Sinta). Saya juga pernah lihat teman-teman ditampar, ditendang dan dimaki-maki dengan kata-kata kasar. Bahkan si Ati (nama salah seorang pekerha) sampai dipukul," ungkap perempuan yang sudah 2 tahun bekerja di tempat Mohar.

Ia berharap polisi segera menyelesaikan permasalahan ini, sehingga dirinya dan teman-teman bisa cepat pulang ke kampung halaman. "Saya harap urusannya cepat selesai dan kami bisa pulang ke kampung halaman," tuturnya. (mag-8/ije)


MEDAN - Nasib 16 wanita asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja di tempat usaha sarang burung walet milik Mohar sungguh memprihatinkan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News