Tiga Dimensi Anies

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Tiga Dimensi Anies
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ryana Aryadita Umasugi/JPNN.com

Sepeninggalan Bung Karno gagasan-gagasan besar tidak sepenuhnya mati, tapi direduksi menjadi sebuah kerja fisik yang disebut sebagai pembangunan. 

Bung Karno gagal karena terpeleset dengan memberi perhatian yang berlebih terhadap pembangunan politik. Politik sebagai panglima membuat pendekatan pembangunan nation and character building menjomplang dan tidak berimbang.

Orde Baru Soeharto lahir sebagai koreksi. Akan tetapi, yang terjadi adalah pergeseran pendulum dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. 

Developmentalism ala Soeharto menggeser politik ke pinggiran dan memberi porsi terlalu besar kepada pembangunan ekonomi.  

Itulah yang menjadi salah satu faktor kegagalan Orde Baru. Pembangunanisme telah mereduksi gagasan dan menjadikannya mati.

Aristoteles membagi dimensi manusia menjadi tiga; making (membuat), doing (mengerjakan), dan knowing (memahami). Dimensi ‘’making’’ adalah kerja membuat sesuatu dari tidak ada menjadi tidak ada. 

Dari tidak ada bandara menjadi ada bandara. Dari tidak ada tol menjadi ada tol, dari tidak ada pelabuhan menjadi ada pelabuhan. Itulah dimensi making, membuat, kerja tukang.

Dimensi ‘’doing’’ melibatkan pertimbangan moral dan etika. Apakah pembangunan melibatkan semua orang secara demokratis dan memenuhi hak-hak manusia sebagai objek pembangunan. 

Anies ialah perpaduan antara man of ideas dan man of action, manusia gagasan dan manusia kerja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News