Tiga Generasi Warga Indonesia Menceritakan Kualitas Kehidupan di Australia

Tiga Generasi Warga Indonesia Menceritakan Kualitas Kehidupan di Australia
Steven Chen (ketiga dari kiri) memiliki enam orang anak yang semuanya tinggal di Australia. (Koleksi pribadi)

Melalui skema ini, uang kuliah mahasiswa ditanggung pemerintah sebagai utang dan baru dibayarkan kembali setelah mereka bekerja.

"Ini luar biasa sangat membantu," katanya.

"Anak-anak dari Austudy saja sudah bisa hidup, buat beli buku, bayar biaya transportasi, dan jajan."

Dari kualitas hidupnya sebagai seorang pensiun, Petrus yang dulu bekerja sebagai insinyur di beberapa perusahaan seperti Toyota, juga merasa dihargai di Australia.

"Di sini pensiunan sangat dihargai karena dianggap berjasa buat negara, buat pemerintah. Karena berjasa lewat pajak," katanya.

"Jadi kami orang tua yang sudah pensiun dianggap berjasa dan mendapat keistimewaan yaitu bisa beli obat yang kalau orang biasa bayar A$20 (Rp200 ribu) untuk satu macam, kami hanya bayar A$5 (Rp50 ribu)," katanya.

"Ada juga skema Pharmaceutical Benefits Scheme yang kalau kita sudah membeli 56 item [obat] sisanya free selama setahun."

Kualitas hidup yang lebih terjamin

Baiknya kualitas hidup di Australia juga diakui oleh Adrian Jong, yang baru menyambut kelahiran anak pertamanya bersama istri, Maylia Bernike dua bulan yang lalu di Adelaide, Australia Selatan.

Data dari Biro Statistik Australia (ABS) menunjukkan kini rata-rata usia warga Australia adalah 85,4 tahun bagi perempuan dan 81,3 tahun untuk laki-laki.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News