Tiga Gunung meski Kaki Cedera
jpnn.com - WIDI sebenarnya tidak punya keinginan khusus untuk mengikuti La Marmotte Granfondo. Mei lalu tiba-tiba suaminya ngomong ingin ikut event tersebut sekaligus mengajak Widi ikut. Tanpa banyak pikir, perempuan yang memang hobi bersepeda itu mengiyakan. Dia yakin bisa menaklukkan tantangan 174 km bersepeda di empat pegunungan Prancis pada 5 Juli 2014 itu.
”Ini pengalaman pertama bagi kami berdua. Tapi, dibikin santai saja, nambah pengalaman bersepeda di luar negeri. Makanya, tidak ada persiapan khusus,” ujar perempuan yang berulang tahun setiap 23 Oktober itu.
Meski demikian, Widi tetap berusaha menjaga kebugaran dan kekuatan sebelum berangkat ke Prancis. Caranya, di sela-sela aktivitas rutin bike to work,di menyempatkan diri mampir ke tanjakan di bukit. ”Lumayan, bike to work pakai MTB,” tutur perempuan yang aktif di komunitas sepeda Velogirl, Lombok, itu.
Widi sebenarnya punya kendala untuk mengikuti event tersebut. Dia punya cedera ringan di kaki kanan, tepatnya di bagian tendonitis, setelah mengikuti Audax Lombok–Sumbawa 2013. Cedera itu pula yang membuatnya sempat ditolak ikut La Marmotte Granfondo saat cek medis. ”Saya bilang hanya ingin menyelesaikan sampai Col du Glandon, akhirnya diperbolehkan,” katanya.
La Marmotte Granfondo start pada pukul 07.00 waktu setempat dengan suhu udara pegunungan 8 derajat Celsius. Terasa dingin meski saat itu sudah masuk musim summer. Start di ketinggian 719 meter di atas permukaan laut (mdpl), peserta harus melewati empat gunung. Yakni, Glandon (1.918 mdpl), Col du Telegraphe (1.570 mdpl), Le Galibier (2.642 mdpl), dan finis di Alpe d’Huez (1.880 mdpl). ”Tidak ada bawaan khusus. Kalau di pit stop,cukup makan pisang dan isi ulang air mineral,” ungkap Widi.
Meski telah berjanji hanya sampai di Glandon, Widi punya niat gowes lebih jauh sampai Col du Telegraphe. Hasilnya, banyak yang tidak menyangka Widi bisa melewati Glandon. ”Memasuki 80 km pertama, lutut saya mulai sakit. Pas 110 km, saya sudah nggak sanggup dan saya stop,” ungkap Widi yang akhirnya memang tidak melanjutkan sampai finis. Dia berhenti di gunung Col du Galibier, tujuh jam dari start.
Menurut Widi, tanjakan paling mengerikan memang Col du Galibier. Gunung setinggi 2.642 mdpl itu menawarkan pengalaman gowes yang tidak biasa. ”Tanjakannya berliku dan panjang-panjang. Rasanya nggak selesai-selesai,” papar Widi.
Saat menanjak, perempuan yang sebentar lagi merayakan ultah ke-40 itu merasakan embusan angin yang agak panas. Kalau menurun, rasanya dingin. ”Mungkin itu ciri khas summer di pegunungan,” ujarnya.
WIDI sebenarnya tidak punya keinginan khusus untuk mengikuti La Marmotte Granfondo. Mei lalu tiba-tiba suaminya ngomong ingin ikut event tersebut
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara