Tiga Kementerian Dorong Manfaatkan Fasilitas Kawasan Berikat Plasma Hortikultura
Di kesempatan yang sama Direktur _Government Relations and External Affair_ PT Great Giant Pineapple (GGP) Lampung, Welly Soegiono, menekankan pentingnya pemetaan pasar dan kemitraan dalam pengembangan hortikultura nasional.
“Kita produksi apa yang dibutuhkan pasar, bukan memaksa pasar membeli apa yang kita produksi," ujarnya.
"Kami di GGP sudah mengembangkan kemitraan berbasis create shared value (CSV) di mana kami tidak hanya berperan sebagai _off-taker_, tetapi juga melakukan pendampingan bagi petani bersama-sama pihak Kementan mulai dari penanaman, perawatan, panen, pengepakan, distribusi hingga pemasarannya. Kami berikan bibit kepada mereka, panduan budidaya tanamnya, dan supervisi di lapangan. Ini untuk menjamin produk yang dihasilkan petani sesuai standard ekspor" beber Welly.
"Sekarang ada13 daerah Kabupaten/Kota terlibat dalam rintisan kawasan berikat dan 3 Kabupaten sudah siap MOU dengan PT GGP yaitu: Lingga, Bener Meriah dan Mandailing Natal. Sementara daerah yg lain masih dlm proses survey yaitu: Humbang Hasundutan, Ponorogo, Jembrana, Blitar, Bondowoso, Nganjuk dan sebagainya” ungkap Welly yang juga sebagai ambassador kawasan berikat bea cukai tersebut. “Bersama Ditjen Bea Cukai, kita juga sudah kembangkan sistem aplikasi eGrower yang mampu memonitor pergerakan hasil produksi, baik yang dijual di pasar lokal maupun untuk keperluan ekspor,” pungkas Welly. (adv/jpnn)
Sekarang petani pun bisa mendapatkan manfaatnya melalui model kawasan berikat plasma hortikultura.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya