Tiga Mahasiswi IPB Bikin Beras Analog Pengganti Beras Otentik

Presentasi Berbuah Hadiah Berangkat ke Luar Negeri

Tiga Mahasiswi IPB Bikin Beras Analog Pengganti Beras Otentik
BERAS ANALOG: Annisa Karunia (kiri), Suba Santika Widara, dan Yuliyanti, mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB), yang berhasil membuat beras tiruan yang disebut beras analog, saat ditemui di laboratorium mereka di Kampus IPB, Dramaga, Bogor, Rabu (25/4). Foto: M. Dinarsa Kurniawan/JAWA POS

Pada 1970-an sudah ada upaya membuat beras tiruan yang disebut beras Tekad, kependekan dari bahan-bahan pembuatnya, yaitu ketela, kacang, dan djagung (ejaan lama, Red). Namun, saat diperkenalkan kepada masyarakat, inovasi itu tak mendapatkan sambutan. Hal itu karena beras tekad ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.

"Beras itu kan status sosial. Jadi, kalau sudah bisa makan beras, masak harus disuruh makan tiwul atau bahan lain. Ya, pasti masyarakat menolak," ucapnya.

Menurut Slamet, beras juga bisa menjadi komoditas politik yang membuat Indonesia terus bergantung pada pasokan beras dari luar negeri. Hingga saat ini Indonesia masih mengimpor satu juta ton beras per tahun. Padahal, Indonesia penghasil beras. Setiap tahun sawah-sawah di Indonesia menghasilkan 36-37 ribu ton.

Slamet menegaskan, sampai kapan pun Indonesia tetap mengimpor beras. Sebab, penduduk Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di dunia. Satu orang Indonesia rata-rata mengonsumsi 139 kg per tahun. Impor terpaksa dilakukan karena tidak ada diversifikasi makanan pokok, sehingga semua dibebankan kepada beras.

Keberhasilan IPB membuat beras analog mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN Dahlan Iskan. Beras sintetis itu diharapkan mampu meringankan "beban"

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News