Tiga Perempuan Ini Punya Pekerjaan yang Masih Jarang Dilakukan Warga Indonesia di Australia

Tiga Perempuan Ini Punya Pekerjaan yang Masih Jarang Dilakukan Warga Indonesia di Australia
Andi Eka Pradiana (perawat pasien demensia), Farida Simanjuntak (instruktur mengemudi) dan Nani Puspasari (pekerja seni) merupakan tiga warga asal Indonesia yang menjalani profesi yang tidak mainstream di Australia.  (Istimewa)

"Ada peraturan bagi orang asing yang datang dan tinggal di sini, mereka hanya bisa menggunakan SIM dari negaranya maksimal selama enam bulan. Setelah itu kalau mau mengemudi harus memakai SIM dari negara bagian Victoria," jelasnya.

"Jadi kami ibaratnya ketiban rezeki dengan banyaknya murid yang ingin belajar mengemudi dan ambil SIM. Kadang sembilan sampai 10 orang sehari," tambah Bu Ida.

Ia mengaku senang menjalani profesinya karena bisa mengatur waktu sendiri, tidak terikat jam kerja dan kebanyakan muridnya juga dari Indonesia dan Malaysia.

Yang paling membuatnya senang adalah jika murid-muridnya bisa lulus mendapatkan izin mengemudi.

"Tantangannya adalah bila mengajar seseorang yang sudah berumur dan sama sekali belum bisa mengemudi mobil. Wah itu penuh tantangan. Masalahnya kan kita ini berada di jalan raya," ujarnya.

Tapi selama menjalani pekerjaan ini, Bu Ida mengaku lebih banyak sukanya, apalagi dari segi pendapatan juga lebih dari cukup, dibandingkan saat dia bekerja di tempat penitipan anak.

Menurutnya, menjadi instruktur mengemudi ini sangat sulit di tahun-tahun pertama, terutama dalam mencari murid yang mau belajar dengannya.

Dikatakan, syarat utama untuk menjadi instruktur mengemudi yaitu harus berstatus 'permanent resident' dan selama tiga tahun tak pernah mengalami pengurangan poin di izin mengemudinya akibat melakukan pelanggaran lalu-lintas.

Dari hasil sensus di Australia, kebanyakan warga diaspora Indonesia bekerja sebagai karyawan toko, akuntan, di restoran, atau pembersih

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News