Tiga Perempuan Ini Punya Pekerjaan yang Masih Jarang Dilakukan Warga Indonesia di Australia

Tiga Perempuan Ini Punya Pekerjaan yang Masih Jarang Dilakukan Warga Indonesia di Australia
Andi Eka Pradiana (perawat pasien demensia), Farida Simanjuntak (instruktur mengemudi) dan Nani Puspasari (pekerja seni) merupakan tiga warga asal Indonesia yang menjalani profesi yang tidak mainstream di Australia.  (Istimewa)

Hal ini membuka banyak peluang untuk seniman, termasuk ilustrator dan desainer.

Itu juga alasan Nani datang ke Australia 15 tahun lalu karena saat itu belum banyak peluangnya untuk bekerja sebagai seniman di Indonesia.

"Ada beberap art project Nani yang paling berkesan, dan itu bukan berdasarkan pembayaran tapi karena Nani merasa ikut berkontribusi pada isu-isu sosial. Waktu itu Nani buat ilustrasi buat children migrants di Eropa untuk kampanye sebuah LSM," jelasnya.

Ia mengaku dari segi penghasilan, bekerja sebagai seniman di sini masih pas-pasan tapi orientasinya saat ini lebih kepada pengembangan diri, dan yang terpenting ia bisa mengerjakan apa yang disukainya.

Nani menceritakan selama sembilan tahun pertama dia mengirim proposal seni dan selalu ditolak sampai akhirnya lolos pada tahun 2019.

"Saya mendapatkan art grant dari pemerintah. Ini juga salah satu pertimbangan karena sebagai seniman dari latar belakang imigran, pemerintah fokus pada topik diversity," katanya. 

Bagi warga Indonesia yang ingin mengembangkan karir di bidang seni, Nani menyarankan agar terus berkarya, sebab sebagai seniman Anda harus memiliki portofolio untuk ditunjukkan kepada orang, apa yang menjadi ciri keartisan Anda.

"Kalau tahap awal sih masih perlu bekerja di bidang lain untuk menunjang hidup, sambil terus berkarya dan mengembangkan diri sebagai seniman," ujarnya.

Dari hasil sensus di Australia, kebanyakan warga diaspora Indonesia bekerja sebagai karyawan toko, akuntan, di restoran, atau pembersih

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News