Kudeta Zimbabwe
Tiga Pilihan Presiden Mugabe: Penjara, Tetangga, atau Asia
jpnn.com, HARARE - Robert Mugabe tampaknya harus puas dengan catatan rekor 37 tahun menjabat sebagai perdana menteri dan presiden Zimbabwe. Pasalnya, desakan agar dia mundur benar-benar kuat dan dari segala penjuru.
Kemarin Sabtu (18/11), misalnya, ribuan warga memadati ruas-ruas jalan di Ibu Kota Harare. Mereka mendesak presiden yang sudah berkuasa hampir empat dekade itu lengser.
”Pergi, pergilah, jenderal kami,” seru Fred Mubay, salah seorang pengunjuk rasa.
Menurut dia, mewakili para pengunjuk rasa, Zimbabwe sudah terlalu lama menderita di bawah pemerintahan Mugabe.
Kudeta militer yang membuat Zimbabwe kini disorot dunia, bagi Mubay, adalah harapan. Sebab, kini Zimbabwe punya peluang untuk memiliki pemimpin baru. Yang penting bukan Mugabe lagi.
Pertanyaannya kini, setelah tak lagi menjadi presiden, apa yang akan terjadi pada Mugabe? Penjara adalah salah satu kemungkinan. Sebab, ada begitu banyak penyelewengan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama era kepemimpinannya.
Namun, seperti juga para diktator lain di Afrika, Mugabe bisa saja menghindari penjara. Caranya, mengasingkan diri ke negara lain.
Dia, misalnya, bisa memilih melarikan diri ke Afrika Selatan (Afsel). Sebab, pemimpin negara yang bertetangga dengan Zimbabwe tersebut, Jacob Zuma, termasuk sahabatnya.
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe berpeluang masuk bui setelah resmi lengser nanti
- Anak Mantan Presiden Mengamuk di Pesta, Satu Mobil Hancur
- Otak Kudeta Zimbabwe Tewas Dibunuh COVID-19
- Berkuasa 37 Tahun, Robert Mugabe Ternyata Masih Kalah Tajir dari Menhan Prabowo
- Mantan Diktator Zimbabwe Robert Mugabe Meninggal Dunia
- Pemilu Zimbabwe: Mugabe Minta Rakyat Tak Pilih Si Buaya
- Dikudeta, Mugabe Dapat Hadiah Mobil, Rumah dan Duit Miliaran