Tiga Pukulan Telak Penyebab Pertamina Rugi Rp 11 Triliun, Simak Nih
Menurut Emma, bahwa benar sekali pembelian atau impor Pertamina berkurang. "Terlihat dari total BPP, pembelian crude juga berkurang."
Lebih lanjut Emma menjelaskan terkait dengan penurunan crude ini maka pada Mei dan Juni, itu Pertamina sudah mulai menikmati.
"Di mana harga crude price-nya masih rendah padahal ICP di Mei, Juni, sudah merangkak naik. Jadi, kelihatan nanti ada perbaikan dari sisi postur P and L kami di mulai Bulan Juni ke depan," ujar dia.
Kalau dilihat postur pendapatan 2019, maka dari 2019 ke April 2020 itu turun tajam sekali sampai 57 persen.
Kendati demikian, kata dia, mulai Mei 2020 laba Pertamina arusnya positif tetapi kumulatifnya masih negatif.
"Terlihat mulai merangkak naik dari sisi pendapatan dari Mei ke Juni, dari Juni ke Juli, ada tren positif. Barangkali Juli, Agustus dan selanjutnya harus disikapi dan jangan sampai positivity rate Covid-19 naik sehingga terjadi pengetatan kembali," harapnya.
Menurut Emma, kalau ada pengetatan kembali maka sangat terdampak pada profil revenue Pertamina. "Karena sales volume akan mengalami penurunan kembali."
Lebih lanjut Emma menjelaskan dari sisi beban pokok dan beban langsung lainnya. Ini salah satunya terkait impor crude san kalau dilihat di sini juga menurun.
Pertamina membeberkan penyebab kerugian yang mencapai Rp 11 triliun, di mana Pertamina mengalami triple shocks sehingga pendapatan berkurang.
- PT Pertamina Trans Kontinental Sediakan Sarana Air Bersih di Maumere
- Tinjau Pertamina Digital Hub, Wamen BUMN Pastikan Pasokan Energi Aman Jelang Tahun Baru
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Salurkan Bantuan Kepada Warga Terdampak Banjir Rob
- Kasus Korupsi CSR BI-OJK, KPK Panggil Legislator Gerindra dan NasDem
- Libur Natal 2024, Konsumsi Pertamax Naik 21,7 Persen di Sumbagsel
- Keberadaan Satgas Nataru Diyakini Turut Menekan Angka Kecelakaan