Tiga Serangkai

Oleh: Dahlan Iskan

Tiga Serangkai
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Koran aktivis mahasiswa serupa juga terbit di Banjarmasin, Yogyakarta, dan Bandung.

Kian tahun perusahaan Pak JK terus berkembang. Pun perusahaan milik Aksa Mahmud.

Alwi juga punya banyak perusahaan. Tetapi perusahaan korannya mati. Orde Baru sudah mulai stabil. Berita koran yang 'panas-panas' sudah kurang laku.

Alwi mencoba menghidupkan korannya dengan nama baru: Harian Fajar. Mati lagi. Tidak hanya mati satu kali tetapi tidak mati mati.

Akhirnya Alwi menemui saya di Surabaya. Dia minta agar Fajar bergabung ke grup Jawa Pos yang saya pimpin.

Saya tidak mau. Saya pilih akan membantu manajemennya saja. Agar Fajar tetap jadi koran independen -tanpa harus Jawa Pos punya saham di dalamnya.

Saya bertekad akan didik wartawan Fajar dengan cara magang di Jawa Pos. Demikian juga bagian pemasaran dan bagian iklannya. Mereka pun ke Surabaya.

Setelah satu bulan penuh magang di Jawa Pos mereka pulang ke Makassar. Tanpa perlu modal dari Jawa Pos. Lalu mereka dipinjami kertas sebagai modal kerja. Juga tinta dan plate untuk percetakan.

Di Makassar memang ada istilah 'tiga serangkai' yang sangat terkenal: Jusuf Kalla, Aksa Mahmud, dan Alwi Hamu. Mereka pengusaha.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News