Tiga Siswa Surabaya Borong Medali pada Event Wizmic di India
Kent Suka Utak-atik Matematika, Belajar Tak Sampai 20 Menit
jpnn.com - WAJAH Ignatius Kent Hastu Parahita tersenyum cerah begitu melihat kedua temannya, Vania Rizky J.W. dan Adinda Putri Salsabila, datang ke Taman Bungkul Rabu sore lalu (29/10). Sejenak, terdengar riuh tawa dan guyonan mereka.
Ketiganya memang sarat prestasi. Namun, jangan dibayangkan tampang mereka serius seperti kutu buku. Bahkan, kata serius jauh dari aktivitas tiga pelajar itu dalam sehari-hari. Saat ditanya pun, mereka sering cengengesan. Kesan childish masih melekat pada diri mereka bertiga.
Mereka serius jika sudah berhadapan dengan soal-soal olimpiade. Meski begitu, ketiganya mengaku bukan tipe pelajar yang terlalu ngoyo meraih prestasi. Jarang belajar, kata mereka. Bahkan, menjelang pelaksanaan olimpiade sekalipun. Tapi, dasar logika mereka memang sudah jalan. Matematika, bagi tiga siswa itu, ibarat sebuah permainan yang menantang. ”Aku suka matematika dan mulai ikut olimpiade sejak kelas V,” aku Kent.
Ya, Kent, Vania, dan Dinda baru saja meraih medali emas, perak, dan perunggu dalam event Wizards at Mathematics International Competition (Wizmic) di India pada 18–21 Oktober lalu. Ada 172 peserta yang berpartisipasi dalam event tahunan itu. Di antaranya, dari India, Thailand, Filipina, Afrika Selatan, dan Singapura. Indonesia berhasil menjadi juara umum tahun ini.
Total Indonesia meraih 8 medali emas, 5 perak, dan 3 perunggu untuk kategori perorangan. Kategori tim meraih 1 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Kategori grup meraih 2 medali emas dan 2 perak. Kent, Vania, dan Dinda mempunyai andil cukup besar dalam mengantar Indonesia meraih juara umum.
Surabaya berhasil menyumbang masing-masing satu medali emas, perak, dan perunggu untuk kategori perorangan. ”Saya dapat emas, Vania perak, dan Dinda perunggu. Untuk kategori tim, saya juga mendapat emas. Total saya dapat dua medali emas,” ucap Kent sambil memamerkan dua medali yang dia kantongi dengan tersenyum lebar.
Ya, mereka pantas berbangga. Sebab, setelah melalui rangkaian seleksi, Kent dan kawan-kawan lolos mewakili Jatim dan semuanya berhasil meraih medali. Mereka berangkat ke India juga tidak didanai sama sekali oleh dinas pendidikan maupun sekolah. Semua inisiatif orang tua mereka. Pembinaan pun menggunakan biaya mandiri. ”Tapi, tidak masalah. Kami senang sekali. Ini bukan pertama kali saya juara,” akunya bangga.
Kent giat ikut olimpiade sejak duduk di kelas IV SDN Manukan Kawasan. Adalah orang tuanya, Yohana Fransisca Nurwinda dan Martinus Trilaksoni, yang menemukan dan mengasah kemampuan akademisnya. Waktu itu Winda-Soni, panggilan orang tuanya, sangat ingin anaknya bisa ikut olimpiade. ”Kami berpikir, kenapa ya yang ikut olimpiade kok selalu sekolah swasta. Kapan sekolah negeri, apalagi siswa SD,” cetus Soni, yang mendampingi Kent, Vania, dan Dinda pada sore itu.
WAJAH Ignatius Kent Hastu Parahita tersenyum cerah begitu melihat kedua temannya, Vania Rizky J.W. dan Adinda Putri Salsabila, datang ke Taman
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara