Tiket Pesawat Mahal, Okupansi Hotel Tinggal 20 Persen
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyatakan, mahalnya harga tiket penerbangan sangat memukul industri hotel, restoran, dan transportasi.
’’Jika okupansi hotel rata-rata 60 persen, berarti ada yang okupansinya tinggal 20 persen,’’ ujar Maulana, Jumat (26/4).
Mahalnya harga tiket pesawat akan mengakibatkan target-target pariwisata tidak tercapai.
Padahal, saat ini pemerintah sudah memutuskan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama bagi keuangan negara.
’’Tiket domestik yang mahal bakal membuat wisatawan nusantara (wisnus), terutama milenial, lebih memilih untuk pergi ke luar negeri,’’ katanya.
Menurut Maulana, fenomena stagnansi traffic wisatawan sudah tecermin dari libur panjang pada awal tahun.
’’Seperti Imlek lalu, tidak ada maskapai penerbangan yang mengajukan penerbangan ekstra. Pas libur Natal–tahun baru lalu, jumlah penerbangan ekstra hanya dalam hitungan jari,’’ jelasnya.
Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar mengakui harga tiket pesawat domestik saat ini sangat mahal daripada tiket internasional.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyatakan, mahalnya harga tiket penerbangan sangat memukul industri hotel, restoran, dan transportasi.
- Menjelang Natal dan Tahun Baru, Garuda Pastikan tidak Ada Kenaikan Harga Tiket
- AirAsia Tawarkan Tiket Pesawat Ke Tiongkok dengan Harga Terjangkau
- Mengurai Penyebab Tingginya Harga Tiket Pesawat di Indonesia
- AirAsia Fly Thru Bangkok Tawarkan Liburan Praktis dan Hemat ke Luar Negeri
- PHRI Kaltim Apresiasi Imbas IKN terhadap Okupansi dan Kegiatan Bisnis
- Wings Air Buka Rute Mamuju-Balikpapan, Sebegini Harga Tiketnya