Tim Ekspedisi Menemukan Sungai Ciliwung Dibanjiri Sampah Saset, Bahaya!
![Tim Ekspedisi Menemukan Sungai Ciliwung Dibanjiri Sampah Saset, Bahaya!](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/normal/2022/07/17/ki-ka-rahyang-nusantara-selaku-co-coordinator-azwi-founder-u-78cx.jpg)
Untuk membuat kemasan tahan cuaca, juga digunakan senyawa-senyawa berbahaya lainnya, seperti UV-328.
Penggunaan senyawa-senyawa berbahaya dalam kemasan saset itu bukan hanya berbahaya terhadap kesehatan konsumen, tetapi juga terakumulasi di lingkungan.
"Kimia-kimia ini juga akan menyebabkan ekonomi sirkular yang toksik," ujar Yuyun.
Tanggung jawab untuk menyelesaikan krisis sampah saset sejatinya tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, tetapi juga produsen.
Baca Juga: Seleksi PPPK 2022, Indra: Pusat Maunya yang Enak-enak Saja, Pemda Kelimpungan
Hal itu telah diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, di mana tiap produsen harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.
Founder Komunitas Nol Sampah Surabaya Hermawan Some mengatakan sejauh ini tanggung jawab produsen terhadap sampahnya masih minim.
Koordinator Program Break Free From Plastic Asia Pasifik Miko Aliño menyebutkan beberapa daerah di Indonesia dan Asia pada umumnya memiliki kapasitas terbatas untuk menangani limbah plastik dengan aman.
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara yang digelar sejak awal tahun ini menemukan Sungai Ciliwung kini dibanjiri sampah saset yang brbahaya.
- Yogyakarta Terapkan Teknologi Incinerator, Solusi Modern untuk Kelola Sampah Kota
- Sampoerna dan Waste4Change Berhasil Daur Ulang 3 Ton Sampah
- Warganet Puji Ketegasan Prabowo soal Sampah di Sungai Cipakancilan, Bogor
- DPR Minta Dugaan Pencemaran oleh Tambang Emas Milik BRMS Diselidiki
- Melanggar UU Pengelolaan Sampah, TPS Sementara Pasar Caringin Disegel Kementerian LH
- Kolaborasi AQUA dan KLH Kenalkan Sistem Lelang Sampah