Tim Ekspedisi Temukan Metode yang Tepat Melistriki Ratusan Desa di Papua
Hal itu pun rupanya disambut gembira penduduk desa, karena mengetahui PLN menyurvei desa mereka sebagai langkah awal untuk melistriki desanya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, tercatat kelima desa yang dikunjungi lebih cocok dipasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
“Alasannya mereka berada di dataran tinggi terbuka. Curah hujan normal. Memang ada desa yang memiliki sumber sungai yang baik. Tapi jarak sungai ke desa sejauh 2 kilometer. Jadi sangat jauh tidak layak dipasang pembangkit tenaga air,” jelas Simson.
Simon memiliki catatan khusus atas penduduk Papua yang tinggal di pedalaman. Salah satunya kondisi pelayanan kesehatan yang sangat sulit. “Contohnya, untuk bisa menjangkau puskesmas terdekat harus naik perahu selama 2,5 jam. Itu pun dengan catatan kondisi airnya baik. Jadi kalau ditanya apa prioritas yang dibutuhkan masyarakat, terutama layanan kesehatan,” papar Simson.
Kondisi masyarakat pedalaman yang penuh tantangan rupanya membuat perubahan pada diri Simson. Dirinya mengaku kini menjadi lebih bersyukur dengan kondisinya. “Jika selama ini kami banyak mengeluhkan kondisi yang sulit, ternyata belum apa-apa dibanding saudara kami di pedalaman. Jadi saya menjadi lebih bersyukur dan jarang mengeluh,” aku Simson.
Berkat perjuangan tim EPT seperti Simson kini terkumpul data akurat metode yang dianggap tepat untuk melistriki ratusan desa di Papua dan Papua Barat. Rincian jumlahnya, 39 desa direncanakan menggunakan teknologi tabung listrik (Talis), 41 desa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Piko Hidro (PLTPH),179 desa rencananya akan disambungkan ke system jaringan listrik (grid) PLN yang telah ada, 286 desa akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Biomassa (PLTBm), serta selebihnya 297 desa akan diterangi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Biomassa (PLTBm).
Data tersebut pun telah ditindaklanjuti dengan pemancangan program “1000 Renewable Energy for Papua.” Program inilah yang mengeksekusi hasil survei EPT.
Desa pertama yang dilistriki adalah Kampung Kwaedamban, Distrik Bormeo, Pegunungan Bintang pada pertengahan Oktober 2018. Meski berlokasi di pedalaman Pegunungan Bintang, tetapi kampung ini memiliki prasyarat yang tepat untuk dialiri listrik dengan pembangkit Piko Hidro.
PLN berencana mengakhiri kegelapan malam di Papua dan Ppaua Barat dengan melistriki ribuan desa di sana.
- Alhamdulillah, Warga Cikaret Kini Miliki Trafo PLN, Aliran Listrik Makin Stabil
- Kemitraan BYD dan PLN Dorong Penguatan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
- Mayoritas Masyarakat Adat Poco Leok Dukung PLTP Ulumbu Unit 5 dan 6
- Wujudkan Pemerataan Listrik, PLN UIP MPA Capai Milestone Penting di Proyek Tobelo GEPP
- Hari Kesehatan Nasional, Srikandi Movement PLN Tingkatkan Kepedulian Kesehatan Ibu & Anak
- Pegawai PLN Indonesia Power UBH Tanam Pohon Mangrove di Bekasi