Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis
”Ya, ada tembakan. Cukup jelas. Tapi, kami di dalam. Kami menyerahkan sepenuhnya kepada Allah,” tutur dia.
Itu pengalaman pertama Handris berada dalam situasi konflik saat menjalani khuruj di Filipina. Sebelumnya, pada 2013, menurut dia, kondisi sangat aman dan nyaman.
Pengalaman berpuasa di tengah konflik juga dialami kelompok 6 yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Meski berada sekitar 120 km dari Marawi, tepatnya di wilayah Sultan Naga Dimaporo, kondisi mencekam begitu terasa.
Rombongan yang diketuai Andri Supriyanto itu harus tertahan di masjid selama beberapa hari gara-gara konflik bersenjata.
Dalam kondisi yang mengancam tersebut, dia hanya menanamkan kepada diri sendiri bahwa niat baik akan diberi yang terbaik pula oleh Sang Pencipta.
”Hari pertama kejadian, kami sudah di masjid. Jadi, kami hanya dari dalam masjid mendengar baku tembak. Kami tidak bisa keluar lagi. Tetapi, kami dijaga pihak kepolisian Filipina,” ungkapnya.
Pengalaman yang luar biasa itu tak henti-henti membuat Andri berucap syukur saat mendarat di bandara.
Handris, 44, dan Andri Supriyanto, 40, terjebak dalam situasi konflik bersenjata saat berdakwah. Apalagi di negeri orang. Bersama rombongan, keduanya
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- Irjen Krishna Murti Ungkap Jumlah WNI Operator Judi Online di Filipina, Mengejutkan
- Ini 4 Faktor untuk Mencapai Visi Integrasi dan Konektivitas Subkawasan BIMP-EAGA
- Dubes Agus Widjojo: KRI Bima Suci Mempererat Persahabatan Indonesia dengan Negara Lain
- TNI AL Gagalkan Penyelundupan Ayam Ras Filipina dan Kosmetik Ilegal di Periaran Pulau Tinakareng