Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis

Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis
Handris (2kiri) dan Andri (2kanan), Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi dari Kota Marawi, Mindanao, Filipina tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten, Sabtu (3/5/2017). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA

Dia turut menyampaikan rasa terima kasih bagi pemerintah, terutama Konjen RI Berlian Napitupulu beserta tim evakuasi.

”Pemerintah kita melakukan evakuasi dua rombongan di lokasi yang berbeda dengan taruhan nyawa mereka. Tidak pakai pengawalan. Alhamdulillah, Allah SWT memudahkan semuanya sehingga sampai dengan begitu cepat,” ungkapnya dengan rasa haru.

Dari kejadian itu, pria yang mengenakan jubah putih tersebut mengaku mendapat banyak pelajaran. Terlebih soal rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, tak peduli apa agama dan sukunya, tetap saling membantu.

”Hari ini Allah SWT telah tunjukkan sebuah bangsa yang besar. Karena masya Allah, Konjen kita ini bukan muslim, tetapi begitu Indonesia,” tutur pria berkacamata itu sebelum kembali dibawa ke dalam bandara.

Proses evakuasi yang tak mudah tersebut dibenarkan Konjen RI Davao Berlian Napitupulu. Diperlukan waktu hingga tiga hari sejak 29 Mei 2017 untuk mengevakuasi 16 jemaah tablig tersebut. Apalagi, ada tim yang bergerak sendiri tanpa pengawalan militer.

Tim itu ditugaskan untuk menjemput enam WNI yang berada di Sultan Naga Dimaporo. Meski lokasi cukup jauh dari pusat konflik, ancaman serangan tak bisa disepelekan. Karena itu, tiga anggota tim sangat berhati-hati dalam penjemputan.

Beda dengan empat anggota tim yang berangkat ke Marantao, tim yang mengambil rute Iligan City–Maria Christina–Pantar–Marawi City–Marawi–Pantar–Maria Christina–Iligan City–Languindingan Airport itu mendapat pengawalan ketat militer.

Tapi, bukan berarti tak ada ancaman. Sebab, saat tim sudah berada di perbatasan Marawi untuk menuju Marantao, tengah berlangsung pertempuran antara militer dan kelompok separatis. Hujan peluru begitu jelas terdengar.

Handris, 44, dan Andri Supriyanto, 40, terjebak dalam situasi konflik bersenjata saat berdakwah. Apalagi di negeri orang. Bersama rombongan, keduanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News