Tim Sukses
Dahlan Iskan
Akan tetapi mondar-mandir kurang bebas bergerak. Saya kembali ke tempat duduk. Tutup pembatas. Saya punya ide lain. Cari musik di layar TV. Bergerak sambil duduk. Ikuti irama musik.
Dari banyak pilihan video di layar saya lihat ada musikal Michael Jackson. Panjangnya 111 menit. Hampir dua jam. Ini dia. Bukan rock. Bukan sweet. Pas untuk menggerakkan badan dan kaki.
Judul musikal itu simpel: Michael Jackson This Is It. Saya belum pernah menontonnya. Itu semacam show nostalgia sepanjang karier Michael Jackson. Itu show setelah 10 tahun tidak manggung.
Maka lagu-lagunya masih saya ingat. Setidaknya nadanya. Gerak kaki, tangan dan badan saya tinggal ikuti musiknya. Sekalian mengenang lagu-lagunya. Ada Black or White, Smooth Criminal, History, Thriller dan seterusnya.
Betapa perkara Michael Jackson di balik sosoknya yang terlihat kurus, kecil dan lemah.
Betapa keras latihan fisiknya.
Betapa kejam Michael Jackson 'menyiksa' dirinya.
Di balik semua kemajuan yang hebat ternyata ada kekejaman di dalamnya. Kemajuan Singapura pun.(*)
Kami pun gagal reuni lima tahunan di rumah John Mohn di Kansas. Untung ada Lia di New York. Juga suami Lia: James Sundah.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi