Timpang
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Salah satu sumber persoalan sosial serius yang disorot Piketty adalah apa yang disebutnya sebagai ‘’kapitalisme patrimonial’’ (patrimonial capitalism) yang menjadi gejala abad ini dan terus terjadi sampai sekarang.
Salah satu indikator berkembangnya kapitalisme patrimonial adalah munculnya orang-orang kaya baru, bukan karena kepintaran bisnis atau karena punya bakat bisnis, tetapi karena mendapatkan warisan.
Orang-orang kaya baru ini mendapatkan warisan dari keluarganya yang bisa dinikmati turun-temurun tanpa harus bekerja sedetik pun.
Piketty memberi contoh sosok Francoise Bettencourt Meyers asal Prancis pewaris perusahaan kosmetik raksasa L'Oreal, dengan kekayaan Rp 1.250 triliun wanita ini tercatat sebagai manusia terkaya ke-12 di seluruh dunia.
Ia mewarisi kekayaannya dari ayah dan kakeknya yang merupakan pendiri L’Oreal. Menurut Piketty, Bettencourt-Meyers menjadi kaya raya tanpa pernah bekerja satu menit pun di seumur hidupnya.
Dengan menggunakan data orang terkaya versi majalah Forbes, Piketty menyimpulkan bahwa Bettencourt memiliki kekayaan yang tumbuh lebih cepat dibandingkan seorang Bill Gates yang menemukan Microsoft.
Inilah fenomena kapitalisme warisan yang sekarang menjadi fenomena di dunia dan banyak terjadi di Indonesia juga.
Studi Piketty ini menjadi alarm yang harus menyadarkan semua orang bahwa pemberantasan kemiskinan tidak bisa terjadi secara otomatis seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Inilah fenomena kapitalisme warisan yang sekarang menjadi fenomena di dunia dan banyak terjadi di Indonesia juga.
- Kemensos dan Instansi Terkait Siap Rumuskan Protokol Penggunaan Data Tunggal Kemiskinan
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng
- Respons Ayah Vadel Badjideh Disebut Miskin oleh Nikita Mirzani
- Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen Mulai Tahun Depan, Ini Saran Pengamat untuk Pemerintah
- Waspada Efek Luar Biasa dari Kenaikan PPN 12 Persen
- PPN 12 Persen Tidak Berpihak kepada Rakyat, Tolong Dibatalkan