Tinggalkan Indonesia karena Kerusuhan '98, Perempuan Tionghoa Ini Menjadi Finalis Penghargaan Australia
Di dalamnya, ia bercerita tentang perspektif dan refleksi perempuan keturunan Tionghoa atas kerusuhan 1998.
Rani yang berusia 36 tahun juga ingin membantu komunitas yang kurang diwakili di Australia.
Untuk mewujudkan ini, ia mendirikan sebuah platform penelitian bernama 'Creatives of Colour' yang mendukung masyarakat Aborigin, kulit hitam dan berwarna, juga seniman difabel Australia.
Melalui organisasi tersebut, Rani dan rekannya membantu memecahkan masalah komunitas tersebut di bidang kesenian dengan membuat program.
Beberapa masalah yang dihadapi komunitas mereka antara lain adalah budaya tokenisme, masalah keuangan, serta kesehatan mental.
Salah satu program penelitian mereka sedang mencari metodologi bagaimana organisasi bisa bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga Aborigin, kulit hitam dan berwarna dalam institusi mereka.
"Tujuan utama saya adalah untuk menjembatani warga Aborigin, kulit hitam dan berwarna, dengan sumber daya yang dibutuhkan mereka," katanya.
"Saya berkomitmen melakukan ini sehingga komunitas kita bisa hidup sehat secara spiritual, materi, fisik dan mental."
Beberapa warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia pada kerusuhan 1998 di Australia ingin membantu masyarakat yang tergolong minoritas
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
- Jakarta Punya Masalah Kucing Liar, Penuntasannya Dilakukan Diam-diam
- Dunia Hari Ini: Ada Banyak Pertanyaan Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air