Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan

Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan
BERBAGI CERITA: Putu Gede Setiawan saat diwawancarai di Tokyo akhir pekan lalu. Foto: Henny Galla/Jawa Pos
Dalam tayangan televisi yang diunggah ke situs berbagi video Youtube itu, jurnalis berkulit putih tersebut bertanya kepada si pria bernama I Putu Gede Setiawan tentang cara membaca dan menjelaskan kalender Bali. Maklum, si jurnalis yang warga Jepang tentu tak mengerti beberapa istilah kalender Bali, seperti Tahun Caka dan Wuku.

Di Negeri Matahari Terbit, eksistensi Putu -panggilan akrabnya- memang cukup diakui. Beberapa kali dirinya diwawancara media Jepang untuk sharing pengalaman dan pengetahuan tentang Indonesia. Ya, setidaknya hampir satu dasawarsa Putu mengabdikan diri sebagai pendidik. Memang dia tak menjadi pengajar dalam pendidikan formal Jepang. Tetapi, dia satu-satunya guru asal Indonesia di pusat pendidikan alat musik tradisional gamelan Bali terbesar di Otonomori, Tokyo, Jepang.

Akhir pekan lalu, di tengah kesibukannya mengajar, dia masih menyempatkan diri untuk bertemu Jawa Pos di sebuah teras kafe kopi di kawasan Shibuya, Tokyo. Putu pun sangat antusias bercerita meski angin dingin di ibu kota Jepang itu menembus sela-sela sweter tebal yang dikenakannya.

Dia memulai ceritanya dengan suasana Pulau Dewata yang mencekam saat tragedi bom Bali pada 2002. Putu kala itu masih bekerja di sebuah hotel di Jalan Legian. Posisinya sebagai manajer di hotel tersebut sudah terbilang tinggi, hingga akhirnya harus rela dilepaskan.

MENGABDI bertahun-tahun di negeri orang sebenarnya bukan pilihan Putu Gede Setiawan. Namun, tragedi di tanah air memicunya untuk merantau jauh dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News