Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan

Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan
BERBAGI CERITA: Putu Gede Setiawan saat diwawancarai di Tokyo akhir pekan lalu. Foto: Henny Galla/Jawa Pos
Di sela waktu yang padat sebagai pekerja, dia mengabdikan diri pada gamelan. Di Otonomori, Putu mengajarkan gamelan Bali kepada masyarakat setempat. Putra pasangan Oka Yadnyawati, 60, dan I Made Rai Sukada, 62, itu memang berbakat dalam seni gamelan sejak anak-anak. Alunan gamelan yang sering terdengar dari teras rumah membuatnya cepat menyatu dengan feel gamelan.

"Kakek saya, Megok, lihai memainkan gamelan. Dia salah satu seniman dan pemusik di Bali meski namanya tak begitu terdengar di luar," terang pria asal Desa Mundu, sekitar 15 menit dari Tanah Lot tersebut.

Layaknya sang kakek, sejak remaja Putu bahkan sudah dipercaya mengajarkan kendang, gender, suling, jigog, kenong, dan instrumen gamelan lain kepada anak-anak muda di Banjar. Bahkan, saat duduk di bangku kuliah, dia mampu mengolaborasikan seni gamelan Bali dengan aliran black metal.

Tugas akhirnya di jurusan karawitan, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, itu dinamai dengan Sekarat! "Karena, saya sebenarnya lebih suka musik metal dan rock daripada gamelan," sebutnya sembari menunjukkan daftar musik di ponselnya.

MENGABDI bertahun-tahun di negeri orang sebenarnya bukan pilihan Putu Gede Setiawan. Namun, tragedi di tanah air memicunya untuk merantau jauh dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News