Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan
Senin, 04 Februari 2013 – 08:15 WIB
Putu mengakui, dirinya justru benar-benar merasa belajar gamelan saat di Jepang. Sebelum mengajar, dia mempersiapkan betul bahan-bahan ajarannya. Sebab, jika tidak bisa menjawab pertanyaan para siswanya, dirinyalah yang dimarahi siswa. "Lho yang benar kan begini, Pak, bukan begitu. Bapak ini bagaimana, tidak bisa menjawab pertanyaan," ungkap Putu sambil menirukan gaya para murid yang protes.
Kopi telah berkurang separo gelas saat Putu menjelaskan betapa tingginya antusiasme murid-murid gamelan di Jepang. Bahkan, setiap Otonomori mengadakan workshop gamelan Bali tiga bulan sekali, selalu saja ada kelas murid baru.
Sebelumnya, Otonomori hanya buka beberapa hari dalam sepekan. Namun, karena besarnya gairah masyarakat Jepang terhadap gamelan Bali, Otonomori pun buka setiap hari.
Saat ini di Otonomori ada lima guru seni, empat pengajar gamelan dan satu guru tari Bali. Pada Jumat, Putu dipercaya mengajarkan special class, yang semua muridnya sangat pintar bermain gamelan. "Kelas musik yang rumit," akunya.
MENGABDI bertahun-tahun di negeri orang sebenarnya bukan pilihan Putu Gede Setiawan. Namun, tragedi di tanah air memicunya untuk merantau jauh dari
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408