Tinggalkan Perusahaan Beken, Kini jadi Bos di Penjara

Tinggalkan Perusahaan Beken, Kini jadi Bos di Penjara
Denok Marty Astuti (tengah) Pegiat sampah yang memberdayakan Napi dan Masyarakat untuk olah sampah saat memberikan materi di SDN Mangkubumen Kidul No 16 Surakarta. FOTO : Arief Budiman/Radar Solo

Jika di rutan sampai dipanggil bos, di lingkungan rumahnya, Denok justru dipandang sebelah mata.

Dia bercerita, saat hendak memberikan edukasi kepada ibu-ibu di kelurahannya, dia dihadang beberapa ibu yang berjaga di depan pintu masuk tempat edukasi.

’’Mereka bilang, ’Mbak Denok, kami tidak butuh edukasi’. Saya bilang, ya enggak apa-apa. Toh, ini sosial. Kalau mau, ayo. Kalau tidak, enggak maksa. Lalu, saya balik kanan, pulang ke rumah,’’ ujar Denok menirukan perkataan ibu-ibu yang ditemuinya.

Menurut dia, dirinya sudah empat kali melakukan sosialisasi di lingkungannya. Ibu-ibu yang ikut sosialisasi tersebut tidak harus mengeluarkan modal.

Semua peralatan diberikan Denok secara cuma-cuma. Tapi, tetap saja tidak ada yang mau. Akhirnya, Denok menyerah. Ketimbang dongkol karena terus-menerus ditolak, dia memilih bergerak ke tempat lain.

Saat ini Denok sudah memberikan pelatihan di 13 di antara 51 kelurahan di Solo. Ibu-ibu yang sudah mendapat pelatihan juga sudah sangat pandai.

Kampung-kampung yang pengelolaan sampahnya telah bagus lalu disebut dengan kampung daur ulang.

Kiprah Denok di Solo ternyata mengantarkannya kembali ke Jakarta. Bersama teman-temannya, Denok melakukan kerja sama dengan Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran (PPKK) Jakarta untuk membantu mengelola sampah di sana.

Denok Marty Astuti telah punya posisi di pabrik motor terbesar di tanah air. Namun, dia memutuskan untuk resign demi berfokus mengurus sampah di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News