Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan
Dari Medan, Sumatera Utara, perawat menceritakan mereka diusir dari sebuah desa pada bulan Maret dan diberi tahu jika virus itu adalah berita palsu.
Sementara yang lain menerima panggilan telepon yang kasar dari orang tua yang tidak terima ketika mendengar anak mereka dinyatakan positif COVID-19.
Konvoi malam hari
Di Papua Barat, sejumlah perawat memilih mengantar pasien COVID-19 ke tempat karantina pada tengah malam dengan konvoi sepeda motor.
"Para pasien sendiri yang memintanya," kata perawat Yunita Renyaana kepada Reuters.
"Mereka akan berkata, 'Suster, jangan datang besok, datanglah malam ini sehingga tidak ada yang tahu ... Mereka takut akan stigma, dipandang sebagai aib, atau sumber penularan."
Survei yang dilakukan lembaga Lapor COVID-19 dan para peneliti di Universitas Indonesia bulan lalu menemukan 33 persen dari 181 responden merasa telah dikucilkan setelah tertular virus corona.
Photo: Inisiatif Pemerintah untuk mendidik masyarakat tentang virus corona dinilai belum cukup. (Antara Photo: Aji Styawan)
"Fenomena stigma ini merugikan kesehatan masyarakat dan juga kesehatan mental mereka," kata Dicky Pelupessy, psikolog yang terlibat dalam survei tersebut.
Saat Ibu dari Ari Harifin Hendriyawan dinyatakan positif terinfeksi virus corona, tetangganya mengambil palu dan paku dan membuat pagar pemisah
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina