Tingkatkan Pemahaman & Literasi Reasuransi, Indonesia Re Gelar Media Engagement Day

jpnn.com, BANDUNG - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menggelar Media Engagement Day pada 6-7 Desember 2024 di Bandung.

Acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan dengan media dan meningkatkan literasi publik terhadap industri reasuransi. Sebanyak 16 media nasional, baik dari bidang umum maupun ekonomi dan keuangan.

Kegiatan selama dua hari ini mencakup sesi talkshow, workshop, hingga aktivitas luar ruang seperti arung jeram, yang bertujuan untuk memperkuat relasi, koordinasi dan membangun kebersamaan.

Salah satu agenda utama adalah diskusi interaktif tentang peran penting reasuransi dalam mendukung ekosistem asuransi, sekaligus penyokong stabilitas ekonomi nasional.

“Acara ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan mekanisme kerja reasuransi, mulai dari konsep treaty, facultative, hingga tantangan dan peluang masa depan industri ini di Indonesia. Melalui literasi yang baik, masyarakat dapat memahami dampak reasuransi terhadap perlindungan risiko individu maupun stabilitas ekonomi nasional,” kata Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM, dan Corporate Secretary Indonesia Re Robbi Yanuar Walid.

Selama acara, para peserta mendapatkan wawasan langsung dari para ahli, termasuk Delil Khairat, Direktur Teknik dan Operasi serta tim manajerial Indonesia Re, di antaranya Client Market & Treaty Division Head - Widyo Primastowo, General Reinsurance Underwriting Division Head - Rachim Chan, Business Management Division Head - Adi Surya, Life Product Development & Individual Pricing Department Head - Apro Mefanda dan Marine and Aviation Department Head - Renny Rahmadi Putra.

Diskusi tersebut menjelaskan bagaimana reasuransi tidak hanya memberikan proteksi untuk jiwa dan aset masyarakat, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam menjaga desit neraca keuangan negara di sektor asuransi melalui skema reasuransi yang terukur dan profesional.

"Reasuransi memiliki fungsi vital dalam mendukung stabilitas ekonomi nasional sektor keuangan, terutama dalam menghadapi risiko-risiko besar yang dapat mengganggu neraca keuangan negara," ujar Delil Khairat.