Tingtal Sebahu

Oleh: Dahlan Iskan

Tingtal Sebahu
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

"Iya. Saya."

Baca Juga:

"Come with me".

Saya naik ke mobilnya. Mobil Toyota Land Cruiser model lama. Mobil tua. Banyak tembelan silotip hitam di sana-sini. Saya duduk di depan, di sebelah kanannya yang lagi memegang kemudi.

"Kita langsung ke Nagesh?" tannyanya.

"Betul sekali. Langsung".

Bandara Makelle ini di pinggir kota Makelle, ibukota region Tigray. Ketika mobil mulai bergerak saya bisa melihat sebagian kota Makelle. Tentu jarang terlihat ada pohon. Kering. Debu tipis menyapu udara yang harusnya cerah.

Makelle kota miskin. Tapi terasa mulai berusaha bangkit. Banyak bangunan tinggi --sekitar 10 lantai. Beberapa bangunan baru berkaca dan berklading modern. Tapi bangunan lamanya masih lebih dominan.

Nantilah. Kembalinya dari Nagesh bisa melihat Makelle lebih dalam. Sekarang ke arah utara dulu. Lancar. Sudah tidak ada kesan ketegangan politik atau militer.

KELUAR dari bandara Makelle, saya tolah-toleh: yang mana yang menjemput saya. Semuanya hitam. Semuanya keriting. Semuanya seperti belum mandi selama tiga hari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News