Tingtal Sebahu

Oleh: Dahlan Iskan

Tingtal Sebahu
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Semua itu agar rakyat tidak lagi tinggal di rumah-rumah petak terbuat dari tanah. Bahwa program itu mangkrak Anda pun sudah bisa menduga: akibat perang.

Perang terakhir di Tigray terjadi belum lama. Baru tiga tahun lalu. Bermula dari pemilu regional tahun 2020. Terjadi konflik. Tentara perjuangan kemerdekaan Tigray menyerang pos-pos militer negara federal. Meletuslah perang. Lebih 600.000 orang tewas. Perang besar. Suku Tigray gagal lagi untuk merdeka dari Ethiopia.

Uniknya, kali ini, Ethiopia dibantu musuh masa lalunya: Eritrea. Maka dari arah selatan Tigray diserang oleh tentara federal. Dari utara diserang oleh tentara Eritrea.

Itu yang tidak disangka oleh para pemimpin militer Tigray: diserang oleh tentara satu suku sendiri dari utara. Tigray terkepung. Mereka punya istilah sendiri: perang 360 derajat. Diserang dari segala arah.

Banyak bangunan baru mangkrak.

"Nagesh masih jauh?"

"Di balik gunung itu," ujarnya.

Perut mulai lapar. Belum sarapan. Tapi tujuan ke balik gunung itu harus dicapai dulu.(*)


Berita Selanjutnya:
Madinah Kabur

KELUAR dari bandara Makelle, saya tolah-toleh: yang mana yang menjemput saya. Semuanya hitam. Semuanya keriting. Semuanya seperti belum mandi selama tiga hari.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News