Tionghoa Australia Masih Terus Mengalami Serangan Rasisme Setelah Pandemi COVID

Cassandra Au dan suaminya terpaksa meninggalkan liburan mereka di Cook Islands ketika Australia menutup perbatasan internasional di awal 2020, namun pandemi bukan satu-satunya hal yang dialaminya dalam perjalanan pulang dengan pesawat.
Cook Islands adalah sebuah negara kepulauan kecil di Pasifik Selatan dengan penduduk sekitar 17 ribu orang, sekitar 6730 km dari Australia.
"Saya bilang ke suami saya mengapa semua orang di pesawat ini memandang saya dengan kebencian?' kata Cassandra.
"Perempuan yang duduk di depan saya bahkan sengaja beberapa kali berdiri dari kursinya dan batuk ke arah saya selama penerbangan."
Apa yang dialaminya tersebut masih diingat oleh Cassandra Au sampai sekarang.
"Kejadian kecil seperti itu, sikap rasis di sana sini yang sangat melelahkan bagi warga keturunan Asia di Australia," katanya.
Terus berlangsungnya serangan rasisme
Penelitian yang dimuat dalam laporan Being Chinese in Australia (Menjadi Warga Tiongkok di Australia) yang dibuat oleh The Lowy Institute menunjukkan bahwa satu dari lima warga Tiongkok di Australia mengalami serangan rasis lebih dari dua tahun setelah dimulainya pandemi COVID-19.
Pekerja sosial yang tinggal di Launceston di negara bagian Tasmania Yanqi Wang mengatakan latar belakang etnisnya masih menjadi masalah bagi beberapa kliennya, yang kemudian meminta agar pekerja sosial lain setelah berbincang dengan Yangi Wang.
Penelitian menunjukkan bahwa hampir 20 persen warga Tiongkok Australia mengalami serangan rasisme dua tahun setelah pandemi COVID-19 berjalan
- Keamanan Wisata Air di Bali Dipertanyakan Setelah Turis Australia Meninggal
- Terungkapnya Tindakan Kekerasan di Sejumlah Pusat Penitipan Anak di Australia
- Dunia Hari Ini: Paus Fransiskus Menyapa Warga Sebelum Pulang dari Rumah Sakit
- Kabar Australia: Gaji AU$ 100.000 Belum Tentu Cukup untuk Sewa Rumah
- Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
- Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala