Tionghoa Australia Masih Terus Mengalami Serangan Rasisme Setelah Pandemi COVID

Dia mengatakan diskriminasi juga dialaminya di luar kerjaan.
"Ada seorang pria yang mengendarai scooter ke arah kami," kata Yangi.
"Tanpa basa basi, dia kemudian berteriak mengeluarkan kata-kata kotor mengenai orang Asia (f***king Asians).
"Ada juga yang mengatakan 'kembali saja ke negeri asal kamu" or mengatakan kata berkonotasi menghina seperti 'chinks'."
The Lowy Institute melaporkan adanya penurunan sedikit dalam tindakan diskriminasi yang lebih nyata dengan warga Tiongkok Australia melaporkan 'mereka mendapatkan perilaku berbeda' karena faktor etnis mereka, turun dari 37% menjadi 35%.
Banyak yang juga tidak melaporkan
Namun Erin Chew dari lembaga Aliansi Asia Australia mengatakan angka yang ada mungkin belum menggambarkan keadaan sebenarnya dengan banyak insiden yang tidak dilaporkan karena masalah bahasa atau karena tidak tahu harus melapor ke mana.
"Banyak di antara mereka menderita tanpa berani melapor, atau mereka tidak mengerti ke mana untuk melapor ketika menghadapi insiden rasisme," kata Erin Chew.
"Kebencian terhadap bangsa kulit kuning (Yellow peril) sudah ada sejak warga asal Tiongkok pertama kali tiba di Australia di masa pencarian emas di pertengahan 1800-an.
Penelitian menunjukkan bahwa hampir 20 persen warga Tiongkok Australia mengalami serangan rasisme dua tahun setelah pandemi COVID-19 berjalan
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Krisis Telur, Sampai Terpaksa Impor
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi