Tiongkok-AS Memanas, Rupiah Kena Imbas
jpnn.com, JAKARTA - Memanasnya konflik Tiongkok dan Amerika Serikat, membuat pergerakan nilai tukar rupiah pada Selasa (8/9) sore tertekan.
Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp 14.765 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.740 per dolar AS.
"Pelemahan rupiah hari ini dipengaruhi konflik dua negara ekonomi terbesar dunia AS dan China, menyusul Presiden AS Donald Trump mengatakan pada konferensi pers Gedung Putih pada Senin bahwa ia bermaksud untuk mengekang hubungan ekonomi antara kedua negara," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Apalagi, di Hongkong telah terjadi demonstrasi besar-besaran yang berujung bentrokan dengan aparat kepolisian Hongkong dan terjadi penangkapan 100 lebih aktivis yang menginginkan pemilu dipercepat.
Dari eksternal lainnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan sedang mempertimbangkan undang-undang untuk mengesampingkan perjanjian penarikan Brexit negara itu dengan Uni Eropa (UE).
Berita tersebut, memicu peringatan Uni Eropa bahwa tidak akan ada kesepakatan jika Inggris melanjutkan langkah tersebut dan meningkatkan prospek Brexit yang sulit lagi.
Pembicaraan baru antara Inggris dan UE akan diadakan di kemudian hari.
Sementara itu, fokus pasar minggu ini ialah pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (10/8) mendatang, meskipun keputusan kebijakan ECB secara luas diperkirakan tidak berubah.
Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah mengalami tekanan oleh faktor eksternal terutama dari meningkatnya tensi Tiongkok-AS
- Pemerintah Fokus Menjaga Aliran Investasi untuk Pembangunan Masa Depan
- Nilai Tukar Rupiah Masih Lebih Baik dari Mata Uang Negara Lain
- Alhamdulillah, Ada Kabar Baik dari Kurs Rupiah Hari Ini
- Bamsoet Minta Pemerintah Antisipasi Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
- Syarief Hasan Komentari Nilai Tukar Rupiah yang Terus Turun, Simak
- Syarief Hasan Ingatkan Pemerintah Melemahnya Rupiah Bisa Mengancam Stabilitas Ekonomi