Tiongkok Bantah Deradikalisasi Cuma Sasar Muslim
jpnn.com, BEIJING - Tiongkok akhirnya buka suara soal deradikalisasi muslim di Wilayah Otonomi Khusus Uighur Xinjiang. Kemarin, Selasa (16/10) Reuters memberitakan bahwa praktik yang memicu kontroversi itu benar terjadi. Tapi, hanya mereka yang bermasalah yang menjadi sasaran. Tidak seluruh muslim Uighur. Praktik itu juga bebas diskriminasi.
Gubernur Xinjiang Shohrat Zakir menyebut deradikalisasi di kamp-kamp khusus itu sebagai langkah positif. ''Dengan mengikuti pelatihan di sana, para peserta lantas menyadari kesalahan mereka dan memahami sisi negatif terorisme serta ekstremisme,'' ungkapnya sebagaimana dilansir BBC.
Zakir menambahkan, kamp yang berfungsi sebagai pelatihan deradikalisasi itu merupakan terobosan mutakhir. Rumusan tersebut muncul setelah bertahun-tahun Xinjiang berusaha memerangi ekstremisme, terorisme, dan separatisme.
Dalam wawancara dengan Xinhua, Zakir menegaskan bahwa terorisme adalah ancaman terbesar Xinjiang.
Penangkapan dan penahanan tersangka, menurut Zakir, tidak menyelesaikan masalah. Harus ada upaya deradikalisasi untuk mencabut akar-akar paham radikal tersebut. Karena itulah, Xinjiang mendirikan kamp-kamp khusus.
Di kamp itu, para peserta pelatihan diajari ilmu hukum dan konstitusi negara. Selain itu, mereka dilatih berbahasa Mandarin yang benar. Setelah pelatihan dasar itu, barulah para peserta dibekali keterampilan. Misalnya, membuat sepatu dan merangkai alat elektronik.
''Ada kontrak yang mengikat peserta dan pusat pelatihan tersebut,'' kata Zakir. Dia menepis anggapan bahwa pusat pelatihan itu adalah penjara bagi kaum muslim yang dianggap radikal. (bil/c19/hep)
Tiongkok akhirnya buka suara soal deradikalisasi muslim di Wilayah Otonomi Khusus Uighur Xinjiang.
Redaktur & Reporter : Adil