Tiongkok Disebut Hadirkan Ancaman DeFacto di Laut China Selatan

Tiongkok Disebut Hadirkan Ancaman DeFacto di Laut China Selatan
(Ki-ka) Co-founder Institute for Strategic and Development Studies Edna Caroline, Dosen Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Laksamana Muda (Purn.) Surya Wiranto, Magister Komunikasi UPH dan Ketua Forum Sinologi Indonesia Johanes Herlijanto. Foto: dok. FSI

Ketua FSI Johanes Herlijanto menuturkan, pemahaman responden tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia sangat sensitif dan menentang setiap upaya pihak luar mempengaruhi kemandirian negara dan pemerintah Indonesia melalui cara apapun.

Dosen MIKOM UPH ini berpandangan bahwa persepsi China sebagai ancaman dapat ditelurusi hingga ke pertengahan abad yang lalu.

"Persepsi China sebagai ancaman sangat dominan di era pemerintahan Orde Baru, dan terus bertahan hingga rezim tersebut berakhir," ujar Johanes Herlijanto.

Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah kecurigaan bahwa China telah melakukan intervensi dan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan memberikan bantuan pada Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kudeta yang gagal pada 1965.

“Sekitar satu dasawarsa setelah runtuhnya rezim Orde Baru, tepatnya di zaman pemerintahan Presiden Yudhoyono, persepsi terhadap China di kalangan publik di Indonesia, khususnya kelas menengah, bergeser menjadi positif,” jelas Johanes.

Namun, persepsi negatif kembali mendominasi publik sejak 2015, karena berkembangnya media baru yang membuka arus informasi terkait tingkah laku China di dunia internasional, makin intensifnya hubungan ekonomi yang diwarnai berbagai isu, termasuk soal pekerja migran dan kekhawatiran terhadap ketergantungan.

"Sikap China yang makin agresif dan asertif di Laut China Selatan, termasuk di ZEE Indonesia dekat Kepulauan Natuna," jelas Johanes.

Dalam pandangan Johanes, hadirnya pandangan kritis dan persepsi negatif terhadap China, termasuk persepsi China sebagai ancaman di Laut China Selatan, perlu direspons secara bijak oleh Indonesia.

Dalam seminar FSI dan Pusat Studi G20 UPH disebutkan bahwa China menghadirkan ancaman deFacto di LCS.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News