Tiongkok Haus Minyak, OPEC Cuek
jpnn.com, RIYADH - Permintaan minyak mentah di Tiongkok yang terus naik tidak akan berdampak banyak pada harga. Begitu pun produksi minyak di Amerika Serikat yang terus merangkak.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutunya (OPEC+) tidak bakal mengubah kebijakan. Yaitu, memangkas produksi minyak di pasaran hingga 1,2 juta barel per hari (bpd).
Kepada Reuters, Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid Al Falih menegaskan bahwa permintaan Tiongkok dan produksi AS justru akan memicu permintaan minyak global yang sehat.
BACA JUGA: Ogah Diatur Saudi, Qatar Pilih Hengkang dari Opec
Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan Februari lalu mengungkapkan bahwa permintaan minyak pada 2019 tidak berubah seperti pada Januari. Yakni, 1,4 juta barel per hari (bpd). Namun, Falih memperkirakan permintaan minyak global secara keseluruhan tumbuh sekitar 1,5 juta bpd.
''Jika hanya melihat Venezuela, Anda bakal panik. Tapi, jika melihat AS, Anda akan merasa dunia dibanjiri minyak. Anda harus melihat pasar secara global. Kami rasa permintaan (minyak) 2019 sebenarnya cukup sehat,'' tegas Falih sebagaimana dikutip Reuters.
Venezuela selama ini dikenal sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Namun, krisis politik dan ekonomi, serta sanksi dari AS membuat negara itu terpuruk.
Pada Desember 2018, OPEC+ yang merupakan kartel minyak yang dipimpin Arab Saudi sepakat mengurangi pasokan minyak 1,2 juta bpd di pasaran. Anggota OPEC bakal mengurangi produksi hingga 800 ribu bpd yang dibagi 11 negara. (sha/c14/sof)
Permintaan minyak mentah di Tiongkok yang terus naik tidak akan berdampak banyak pada harga.
Redaktur & Reporter : Adil