Tiongkok Investasi Mesin Tekstil
Selasa, 15 Februari 2011 – 16:20 WIB
JAKARTA - Suplai barang modal untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dari dalam negeri masih rendah. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan alat permesinan di sektor tersebut menggunakan jalur impor. Karena itu, pemerintah mendorong masuknya investasi baru industri permesinan. "Nah sekarang kalau mau investasi barang modal untuk mesin mempertimbangkan teknologi dan energi. Dulu pertimbangannya lifetime mesin, tapi karena teknologi cepat berubah sehingga beli mesin produksi bisa dipakai selama lima tahun sudah cukup. Selain itu, mesin yang dipakai bisa menekan penggunaan energi," ucapnya.
Ketua Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan sokongan industri barang modal dari dalam negeri masih minim. Padahal kebutuhan mesin di industri TPT sangat besar. Tahun lalu, realisasi impor mesin industri TPT mencapai USD 5 triliun. "Di antaranya dari Jepang, Amerika dan Tiongkok,' kata Ade kemarin (14/2).
Baca Juga:
Dijelaskan, tren kebutuhan permesinan industri tekstil tengah mengalami pergeseran. Dulu, investasi barang modal diarahkan pada mesin dengan lifetime di atas sepuluh tahun. Sementara belakangan, permintaan mesin mulai bergeser mesin dengan jangka waktu penggunaan pendek kurang dari lima tahun.
Baca Juga: