Tiongkok Kembali Merilis Laporan Tahunan Pelanggaran HAM di AS
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Tiongkok merilis laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023.
Laporan dari Kantor Informasi Dewan Negara Bagian Republik Rakyat China itu menyoroti memburuknnya situasi HAM di Negeri Paman Sam.
Dilansir Xinhua, laporan itu menyebut bahwa di AS, hak asasi manusia menjadi makin terpolarisasi, sementara minoritas yang berkuasa memiliki dominasi politik, ekonomi, dan sosial.
Warga biasa yang merupakan mayoritas makin terpinggirkan dengan hak -hak dasar dan kebebasan mereka diabaikan. Kekerasan senjata meluas dan kebijakan kontrol yang diberlakukan pemerintah AS, tidak efektif menekan angka kasus yang terjadi.
Sepanjang 2023, tercatat ada 654 penembakan massal di Amerika Serikat, dengan sekira 43.000 orang terbunuh akibat kekerasan senjata, atau rata-rata 117 kematian per hari.
Disebutkan bahwa kelompok-kelompok polarisasi dan kepentingan partisan mendorong makin banyak pemerintah negara bagian telah mengambil inisiatif mengesahkan undang-undang untuk memperluas hak penduduk untuk memiliki dan membawa senjata api.
Pada 2023, setidaknya 27 negara bagian tidak memerlukan lisensi untuk membawa pistol. Hal lain yang menjadi sorotan adalah kematian akibat kebrutalan polisi yang mencapai rekor tertinggi.
Laporan HAM China ini menuduh terjadinya manipulasi pemilihan umum oleh kedua belah pihak, partai besar di Amerika Serikat, Demokrat dan Republik. Kedua pihak terus mengubah cara mereka untuk memanipulasi dan mendistorsi opini publik demi kepentingan diri sendiri.
Pemerintah Tiongkok merilis laporan tentang pelanggaran HAM di Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023.
- Ramses Nilai Rencana Bangun Universitas HAM Sangat Tepat di Indonesia
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Titik Pulang