Tiongkok Mempertimbangkan Program Inseminasi Buatan Bagi Perempuan Lajang

Tiongkok Mempertimbangkan Program Inseminasi Buatan Bagi Perempuan Lajang
Layanan IVF bagi perempuan lajang masih dilarang di China namun kebijakan bisa berubah dalam waktu dekat. (Reuters: Aly Song)

"Antrean di rumah sakit sangat panjang," kata Xiangyu, perempuan usia 34 tahun yang menikah dan menjalani IVF di Chongqing, sekitar 300 km dari Chengdu.

Rumah sakit dan klinik di Tiongkok, baik milik pemerintah maupun swasta, menyediakan sekitar satu juta siklus IVF setiap tahunnya.

Sementara di seluruh dunia hanya dilakukan sekitar 1,5 juta siklus setiap tahunnya, menurut para pakar industri dan jurnal akademis.

Harga layanan satu siklus yang meliputi biaya obat untuk merangsang kandungan, pengambilan indung telur, inseminasi di laboratorium dan kemudian perpindahan embrio sudah diatur pemerintah Tiongkok.

Biayanya bisa mencapai US$3.500 hingga USD4.500, atau seperempat lebih murah dari biaya di Amerika Serikat.

Rp50 juta sampai Rp70 juta, sekitar 25 persen dari biaya bila dilakukan di Amerika Serikat.

Tiongkok memiliki 539 klinik milik pemerintah dan swasta untuk melayani IVF, dan NHC mengatakan berencana membangun fasilitas yang bisa melayani 2,3 juta orang per tahun 2025.

Pasar layanan IVF di Tiongkok diperkirakan akan tumbuh sekitar 14,5 persen per tahun selama beberapa tahun mendatang menurut penelitian yang dilakukan Leadleo tahun lalu.

Khawatir dengan menurunnya jumlah penduduk di Tiongkok, pemerintah Tiongkok punya usulan agar perempuan lajang mendapatkan akses untuk program inseminasi buatan dan pembekuan indung telur

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News