Tiongkok Minta Australia untuk Meninggalkan Mentalitas Perang Dingin
Jubir Zhao mengatakan Australia telah lama mendapatkan manfaat dari hubungannya dengan Tiongkok.
Namun, hubungan kedua negara secara terbuka memburuk sejak awal 2020 ketika Menteri Luar Negeri Marise Payne mendesak agenda untuk menyelidiki asal-usul COVID-19 di Tiongkok.
Tak lama setelah itu, Tiongkok mulai menerapkan sejumlah sanksi dagang dengan menghentikan impor dan mengenakan tarif yang sangat tinggi atas sejumlah produk Australia.
"Sebagai negara yang telah lama mendapatkan keuntungan dari kerja sama dengan Tiongkok, tidak etis bagi Australia untuk terus-menerus mengangkat wacana tentang 'ancaman Tiongkok', karena tuduhan itu tidak berdasarkan fakta," kata Zhao.
"Hal itu pada akhirnya akan menyakiti dirinya sendiri," tambahnya.
"Kami menyarankan sejumlah politisi Australia ini untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin, berhenti membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan bekerja lebih keras untuk perdamaian dan stabilitas regional," kata Jubir Zhao.
Pagi ini, Bendahara Negara (Treasurer) Josh Frydenberg yang ditanya oleh media lokal mengenai kemungkinan perang dengan Tiongkok, mengesampingkan hal itu.
"Kita tidak akan berperang dengan siapa pun," ujarnya sambil tertawa.
Pemerintah Tiongkok memperingatkan sejumlah politisi Australia yang disebutnya berusaha memicu konfrontasi yang pada akhirnya hanya akan merugikan Australia sendiri
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata