Tipuan Magelang
Oleh: Dahlan Iskan
Saya membayangkan kalau Museum Diponegoro ini diserahkan ke negara bisa dikembangkan lebih hebat. Lahannya luas: hampir tiga hektare.
Anda sudah tahu: Peter Carey awalnya hanya akan meneliti pengaruh revolusi Prancis pada satu daerah kecil di pedalaman Eropa.
Saat dia konsultasi dengan guru besarnya di Oxford, teman si guru besar datang. Ikut mendengar konsultasi itu.
Si teman menimbrung. Katanya: daerah yang akan diteliti Peter itu sudah "padat" -sudah banyak peneliti lain yang meminati. Lalu disarankan obyek penelitian yang lebih sulit dan sangat jauh: Perang Jawa.
Syaratnya: Peter harus menguasai bahasa Belanda dan bahasa Jawa. Betapa panjang jalan menuju penelitian. Arsip-arsip di sekitar Perang Jawa memang banyak dalam dua bahasa itu.
Semula saya heran: apa hubungannya Perang Diponegoro dengan Revolusi Prancis. Kita-kita hanya tahu bahwa Daendels -Herman Willem Daendels- adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang kejam.
Terlalu sedikit yang tahu bahwa Daendels adalah kepanjangan tangan Napoleon Bonaparte, penguasa Prancis saat itu.
Daendels memang orang Belanda, tetapi dia dibenci Kerajaan Belanda. Dia digolongkan tokoh muda yang ingin melakukan seperti revolusi Prancis di Belanda: raja harus ditumbangkan.