Titik Balik (Tipping Point)
Senin, 04 Februari 2013 – 20:48 WIB

Titik Balik (Tipping Point)
"Titik balik” sangatlah penting. Warga Jakarta harus memastikan bahwa tekad mereka yang dapat diimplementasikan adalah dengan aksi merebut dan bertindak. Dapatkah fraksi-fraksi di sana berjuang untuk mengamankan pengerjaan infrastruktur yang sedang diupayakan? Persoalan sebenarnya adalah mungkinkah mereka setuju untuk bekerja sama tanpa-- dan ini paling penting –mengambil jalan dengan sengaja untuk menghalangi proyek orang lain?
Jika warga Jakarta masih merasa belum yakin, ada baiknya mengingat kembali banjir yang mengerikan di tahun 2007 dan 2008 yang membuat Tol Sedyatmo tenggelam, memotong jalur kota dari Bandara Soekarno-Hatta. Rasa malu, kemarahan dan frustrasi dirasakan oleh para pembuat kebijakan sudah cukup untuk memaksa Jasa Marga untuk membangun jalur yang ditinggikan (jalur layang) dan pencegahan banjir ekstra dalam waktu dekat. Hal ini menjadi bukti bahwa orang Indonesia bisa bersatu bersama-sama dan bertindak secara dinamis dan positif untuk mengatasi kegagalan pemerintah yang parah.
Namun, bagaimanapun juga para elit politik memilih untuk menyelesaikan kebuntuan persoalan saat ini - apakah dengan membuat terowongan lalu lintas multi-fungsi sebagai skema pencegahan muntahan banjir, atau mengadopsi sistem Monorel atau Metro – yang bentuknya abstrak, yang terpenting adalah bahwa sesuatu benar-benar sedang terjadi dan orang Indonesia, khususnya warga Jakarta kembali memiliki kepercayaan terhadap sistem politik mereka yang suram.
SETELAH melihat banjir dari prespektif Alkitab, anda tidak bisa berbuat apa-apa kecuali setuju bila warga setempat Jakarta memberitahu anda bahwa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi